Makalah | Kontribusi Kerja sama Antarnegara terhadap Indoneisa
MAKALAH
ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
‘’ Kontribusi
Kerja sama Antarnegara terhadap Bangsa dan Indonesia “
DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK 6
MUH. FADHIL
RAMADHAN
A. SALSABILA AMALIYAH PUTRI
M.
AKRAM FAUZAN
HARNITA
S M P NEGERI 1 BARRU
TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR
Pertama-tama
kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkahi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Pembuatan makalah ini
di dapat dan diolah berbagai sumber yang
telah kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini. Dan makalh ini
memiliki judul yakni Kontribusi Kerja Sama Antarnegara terhadap Bangsa
Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini sampai selesai
dengan tepat waktu.
\
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
Harapan
kami sebagai penyusun adalah semoga amakalah ini dapat diterima dengan baik
oleh Bapak Guru serta bermanfaat bagi para pembaca dari makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan edukasi yang baik maupun inspirasi dan wawasan yang luas untuk penulis dan pembaca.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan edukasi yang baik maupun inspirasi dan wawasan yang luas untuk penulis dan pembaca.
Barru, 12 Maret 2017
i
|
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.…………………………………………………………………………………… i
Daftar
Isi.…………………………………………………………………………………………. ii
BAB I :
Pendahuluan………………………..……………………………………………………. 1
A.
Latar
Belakang………………………………………………………………………………..
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………………………………………. 1
C.
Tujuan………………………………………………………………………………………...
1
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………………….... 1
BAB II :
Kontribusi Kerja sama Antarnegara terhadap Bangsa Indonesia……………..... 2
A. Kontribusi Kerja sama Bidang
Politik………………………………………………...
1. Upaya
Diplomasi………………………………………………………………….
2. Perlawanan
Fisik………………………………………………………………….
B. Kontribusi Kerja sama Bidang
Ekonomi……………………………………………..
1. Manfaat Kerja sama Bidang
Ekonomi……………………………………………
2. Dampak Negatif Kerja
sama……………………………………………………...
C. Kontribusi Kerja sama Bidang Sosial
Budaya……………………………………….
BAB III :
Penutup………………………………………………………………………..
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………....
ii
|
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keikut sertaan di dalam kerja sama antarnegara telah
memberikan manfaat besar bagi masyarakat yang ada di Indonesia khususnya pada
masa awal – awal kemerdekaan. Dalam rangka untuk mepertahankan kemerdekaan
Negara Indonesia harus jatuh bangun akibat penindasan dan juga kekerasan maupun
pembrontakan yang telah dilakukan secarah keji oleh para pasukan dari
penjajah , bangsa Indonesia melakukan
jalur diplomasi atau melalui jalur perundingan dengan para penjajah hingga
berhasil mendapatkan dukungan dunia Internasional terhadap kemerdekaan dan kedaulatan
dari bangsa Indonesia. Dan bangsa Indonesiapu juga harus melawan menggunakan
atau secara fisik agar wilayah – wilayah yang dikuasai oleh para penjajah harus
direbut kembali.
Tidak sampai disitu bangsa Indonesia
juga harus lebih intensif melakukan kerja sama didalam berbagai aspek atau
bidang yang menguntungkan bagi bangsa ini. Seperti halnya didalam bidang
prekonomian, dan pada awal kemerdekaan Indonesia memiliki prekonomian yang
terbilang kacau balau sehingga pemerintah Negara Indonesia pada saat itu
memikirkan bahwa prekonomian di Indonesia harus harus jauh lebih baik sehingga
Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan bagi setiap masyarakat yang ada di
wilayah NKRI. Dan perlu kita tahu bahwa di Negara Indonesia memiliki
keanekaragaman yang melimpah seeperti halnya pada bidang budaya.
Peran aktif Negara Indonesia didalam
berbagai aspek membuat Indonesia banyak
berkontribusi bagi dunia internasional . Dan Indonesia pun kini
diperhitungkan oleh Negara lain. Dan pada saat ini juga Indonesia harus siap
bersaing di dunia global didalam berbagai bidang agar bangsa ini tidak kalah
dari bangsa lain yang ada di dunia.
1
|
B. Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan Upaya
Diplomasi apa sajakah yang telah dilakukan oleh Indonesia pada awal
kemerdekaan?
2.
Sebutkan dan
jelaskan macam – macam perlawanan fisik yang telah dilakukan bangsa Indonesia !
3.
Hasil atau
manfaat apa saja yang telah Indonesia terima saat melakukan kerja sama dalam bidang prekonomian ?
4.
Apakah ada
dampak negatif yang Indonesia dapatkan saat melakukan kerja sama dalam bidang
ekonomi ?
5.
Apa sajakah
kontribusi yang telah dilakukan oleh Indonesia terhadap keanekaragaman sosial
dan budayanya di dunia internasional ?
C. Tujuan
·
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :
·
Untuk lebih
mengetahui menganai upaya diplomasi apa saja yang berhasil Indonesia lakukan.
·
Lebih memahami
perlawan yang dilakukan oleh Indonesia terhadap para penjajah.
·
Mengetahui hasil
atau manfaat dan dampak adanya kerja sama dalam bidang prekonomian yang
dilakukan oleh Indonesia.
·
Memahami
kontribusi yang dilakukan Indonesia didalam bidang sosila dan budaya.
D. Manfaat
o Pembaca lebih mudah memahami mengenai berbagai
kontribusi nyata yang telah dilakukan bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan.
o Lebih menambah inovasi, dan memiliki wawasan yang
luas mengenai pemaparan yang telah dijelaskan didalam isi makalh ini.
o Setelah membaca makalah ini pembaca dapat menghargai
segala kontribusi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia kepada masyarakat untuk
hidup lebih sejahtera.
2
|
BAB II
PEMBAHASAN
Kontribusi
Kerja sama Antarnegara terhadap Bangsa Indonesia
A. Kontribusi
kerja sama dalam bidang politik
Keikutsertaan
Indonesia dalam kerja sama politik antarnegara telah memberikan manfaat besar
bagi Indonesia khususnya pada masa awal kemerdekaan.Masa awal Kemerdekaan
merupakan masa yang menentukan dalam perjuangan penegakan kemerdekaan. Pada
masa itu, bangsa Indonesia berupaya keras mempertahankan kemerdekaannya dari
rongrongan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
1.
Upaya Diplomasi
A. Kontribusi Kerja Sama Bidang
Politik
Keikutsertaan
Indonesia dalam kerja sama politik antarnegara telah memberikan manfaat besar
bagi Indonesia khususnya pada masa awal kemerdekaan.Masa awal Kemerdekaan
merupakan masa yang menentukan dalam perjuangan penegakan kemerdekaan. Pada
masa itu, bangsa Indonesia berupaya keras mempertahankan kemerdekaannya dari
rongrongan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
1.
Upaya
Diplomasi
Upaya
Indonesia mempertahankan kemerdekaan dilakukan dengan cara diplomasi dan fisik.
Perjuangan diplomasi dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari dunia internasional.
Perlawanan fisik dilakukan untuk mencegah wilayah-wilayah Indonesia tidak
diduduki secara militer oleh Belanda. Upaya diplomasi diwujudkan dengan
melakukan perundingan dan membuat persetujuan untuk mempertahankan kedaulatan
Indonesia. Upayaupaya tersebut adalah sebagai berikut :
Persetujuan Linggarjati
Persetujuan
Linggarjati berlangsung pada tanggal 10-15 November 1946. Persetujuan ini
menghasilkan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia yang meliputi Jawa dan
Madura. Persetujuan itu diumumkan pada tanggal 15 November 1946.
Isi
perjanjian linggarjati yang paling pokok ada 3, yaitu :
1.
Belanda
mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi
Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda akan meninggalkan daerah de
facto itu selambat-lambatnya pada tanggal 1 Januari 1949.
2.
RI
dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan
nama Republik Indonesia Serikat (RIS).
3.
RIS
dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai
ketuanya.
3
|
Perjanjian
Renville
Perjanjian Renville
diselenggarakan pada tahun 1948 yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Republik
Indonesia yang meliputi Jawa dan Sumatra. Perjanjian Renville terdiri dari:
- 10 pasal persetujuan gencatan senjata
- 12 pasal prinsip politik
- 6 pasal prinsip tambahan dari KTN
Isi Perjanjian Renville:
- Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
- Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
- TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta
Perundingan Roem-Royen
Perundingan
Roem-Roeyen diselenggarakan pada tanggal 14 April - 7 Mei 1949 yang
menghasilkan kesepakatan untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Perjanjian Roem Royen merupakan perjanjian yang dilakukan oleh pihak Indonesia
dengan pihak Belanda, yang terjadi pada tanggal 14 April 1949 dan proses
penandatanganan tanggal 7 Mei 1949 yang bertempat di Hotel Des Indes, Jakarta.
Perjanjian
ini diambil dari nama ketua wakil tiap negara, untuk pihak Indonesia yaitu
Mohammad Roem dan dan untuk pihak Belanda Herman van Royen.
Perjanjian
Roem Royen bermaksud untuk menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dan
Belanda sebelum konferensi meja bundar di Den Haag, Belanda.
Isi
Perjanjian Roem Royen di Hotel Des Indes di jakarta, antara lain:
1. Tentara bersenjata Republik Indonesia
harus menghentikan aktivitas gerilya.
2. Pemerintah Republik Indonesia turut
serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB).
3. Kembalinya pemerintah Republik
Indonesia ke Yogyakarta
4. Tentara bersenjata Belanda harus mengehentikan operasi
militer dan pembebasan semua tahanan politik.
5. Kedaulatan RI diserahkan secara utuh
tanpa syarat.
6. Dengan menyetujui adanya Republik
Indonesia yang bagian dari Negara Indonesia Serikat.
7. Belanda memberikan hak, kekuasaan, dan
kewajiban kepada pihak Indonesia.
4
|
Dampak perjanjian Roem Royen
yaitu setelah perjanjian tersebut kembalinya Sukarno dan Hatta ke Yogyakarta
setelah diasingkan, Yogyakarta sebagai ibukota sementara dari Republik
Indonesia, Penyerahan mandat Sjafruddin Prawiranegara sebagai presiden PDRI
(Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) kepada Ir Soekarno, terjadinya
gencatan senjata Belanda dan Indonesia, serta diadakanya Konferensi Meja Bundar
(KMB).
Perjanjian Konferensi Meja Bundar
(KMB)
Perjanjian KMB diselenggarakan
pada tanggal 23 Agustus 1949- 2 November 1949 yang menghasilkan pengakuan
kedaulatan Indonesia atas seluruh wilayah bekas jajahan Belanda dalam bentuk
negara federal Republik Indonesia Serikat (RIS).
Berikut
ini hasil dan Isi persetujuan yang telah dicapai dalam KMB :
a.
Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat
selambat-lambatnya pada tanggal 30
Desember 1949.
b.
Masalah Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu satu tahun sesudah pengakuan
kedaulatan.
c.
Akan didirikan Uni Indonesia Belanda berdasarkan kerja sama.
d.
Pengembalian hak milik Belanda oleh RIS dan pemberian hak konsesi dan izin baru
untuk perusahaan.
e.
RIS harus membayar segala utang Belanda yang diperbuatnya sejak tahun 1942.
Untuk menindaklanjuti hasil KMB, maka tanggal 16 Desember 1949, Ir. Soekarno
dilantik sebagai presiden RIS dan pada tanggal 17 Desember 1949 diambil
sumpahnya. Pada tanggal 20 Desember 1949, Presiden Soekarno membentuk kabinet
RIS yang dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta sebagai perdana
menterinya.
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Pepera dilakukan untuk membebaskan
Irian Barat. Hasil Dewan Musyawarah Pepera dengan suara bulat memutuskan bahwa
Irian Barat tetap bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan disahkan
secara resmi oleh PBB dalam Sidang Umum ke-24 pada tanggal 19 November 1969.
Keberhasilan Indonesia mendapatkan Irian Barat dari tangan Belanda itu sungguh
tidak mudah. Diperlukan waktu 24 tahun. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
17 Agustus 1945. Saat itu, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda,
termasuk Irian Barat, sebagai wilayahnya. Namun, Belanda tak mau mengakui klaim
itu dan berupaya untuk kembali menguasai Indonesia melalui Aksi Polisionil I
(21 Juli-5 Agustus 1947) dan Aksi Polisionil II (19 Desember 1948-5 Januari
1949).
Setelah melalui Perjanjian
Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), Perjanjian Roem-Royen (1949),
serta kecaman PBB atas aksi polisionil Belanda itu, akhirnya Indonesia bertemu
dengan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda, 22 Agustus
1949-2 November 1949.
5
|
Tak adanya tanggapan yang memadai
dari Belanda membuat Presiden Soekarno mencanangkan Operasi Trikora (Tri
Komando Rakyat). Operasi itu berakhir pada 15 Agustus 1962 saat Indonesia dan
Belanda menandatangani Kesepakatan New York yang isinya Belanda menyerahkan
Irian Barat kepada PBB, dalam hal ini United Nations Temporary Executive
Authority (UNTEA).
Kesepakatan itu menetapkan,
sebelum akhir tahun 1969 akan diselenggarakan Pepera. Utusan Khusus Sekjen PBB
Ortiz Sanz sempat meributkan kecurangan yang dilakukan Indonesia dalam
pelaksanaan Pepera. Namun, atas tekanan Amerika Serikat, akhirnya Sidang
Majelis Umum PBB, 19 November 1969, menyetujui hasil Pepera dan Irian Barat
tergabung dalam Indonesia.
Penetapan
Deklarasi Djuanda
Penetapan ini dilakukan dalam
Konvensi Hukum Laut PBB ke III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law
of The Sea-UNCLOS). Penetapan ini merupakan hasil perjuangan panjang Indonesia
yang sudah dimulai sejak tahun 1957. Pengakuan atas Deklarasi Djuanda
menyebabkan luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari
2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km².
Isi
dari Deklarasi Juanda
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai
negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan
nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang
Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi
tersebut mengandung suatu tujuan : Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan
Republik Indonesia yang utuh dan bulat, Untuk menentukan batas-batas wilayah
NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan, Untuk mengatur lalu lintas damai
pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI
Pemerintah
Indonesia mengumumkan Deklarasi Djuanda yang menyatakan bahwa segala perairan
di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau di dalamnya, dengan tidak
memandang luas atau lebarnya merupakan wilayah NKRI. Meskipun awalnya mendapat
penolakan dunia internasional, tetapi akhirnya mendapat respons pada pengakuan
internasional melalui Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hukum
Laut di Montego Bay Jamaica tahun 1982 atau UNCLOS 1982 (United Nations
Convention on the Law of the Sea 1982).
6
|
2 . Perlawanan Fisik
Upaya-upaya secara politik didukung
dengan upaya-upaya secara fisik, upaya-upaya tersebut antara lain sebagai
berikut.:
Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran
ini terjadi pada tanggal 15-20 Oktober 1945 antara Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) dan sisa tentara Jepang. Pertempuran berakhir ketika pemerintah pusat
mengirim utusan perdamaian, yaitu Kasman Singodimedjo dan Mr. Sartono
melalui perundingan dengan pihak Jepang
yang diwakili oleh Letnan Kolonel Nomura. Untuk memperingati Semangat
Perjuangan Para Pemuda dan Pejuang kota Semaang maka dibangunlah sebuah Monumen
bernama "Tugu Muda". Monumen tugu ini dibangun pada tanggal 10
November 1950 dan diresmikan oleh Presiden RI Ir. Sukarno pada tanggal 20 Mei
1953.
Tokoh-tokoh yang terlibat langsung
dalam Pertempuran 5 Hari di Semarang :
1. Mr.
Wongsonegoro selaku Gubernur Jawa Tengah waktu itu (dia sempat ditahan tentara
Jepang)
2. Dr.
Karyadi selaku Kepala Laboratorium Dinas Pusat Purusara
3. Dr.
Sukaryo dan Sudanco Mirza Tokoh indonesia (ditangkap tentara Jepang bersama
dengan Mr. Wongsonegoro)
4. Mayor
Kido pimpinan Kido Butai yang memiliki sebuah markas di Jalan Jatingaleh
5. drg.
Sunarti. Sesosok wanita gigih (isteri Dr. Karyadi)
6. Jendral
Nakamura, Sosok Jendral dari Jepang yang berhasil ditangkap oleh TKR di
Magelang.
Pertempuran Surabaya
Pertempuran
ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 antara pejuang Indonesia dan pasukan
Sekutu. Peristiwa 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Dalam
pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat bahu membahu, baik
dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR maupun TKR
laut di bawah Komandan Pertahanan Kota, Soengkono. Pertempuran yang berlangsung
sampai akhir November 1945 ini rakyat Surabaya berhasil mempertahankan kota
Surabaya dari gempuran Inggris walaupun jatuh korban yang banyak dari pihak
Indonesia. Oleh karena itu setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia
memperingati Hari Pahlawan. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa para pahlawan
di Surabaya yang mempertahankan tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.
Pengaruh pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan
masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
Peristiwa Bandung Lautan Api
7
|
"Jadi
saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam
pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah,
disitu timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia
berpendapat, “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia
sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air."-A.H Nasution, 1 Mei 1997
Istilah
Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946.
Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari
puncak itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai
dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje
Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul
"Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk
tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan
Api".
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 Maret
1946. Penduduk Kota Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota menuju
pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara
Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk menggunakan Kota Bandung sebagai markas
strategis militer.
Pertempuran Medan Area
Sepuluh hari
setelah memproklamirkan kemerdekaan di Jakarta, baru pada tanggal 27 Agustus
1945, Medan mendengarkan secara langsung proklamasi kemerdekaan Indonesia yang
dibacakan oleh Muhammad Hasan yang saat itu ditunjuk sebagai gubernur Sumatera
pada kabinet presidensial milik Soekarno. Untuk merespon berita proklamasi ini,
Ahmad Tahir kemudian membentuk Pemuda Indonesia. Pada tanggal 29 September,
koran Medan yang bernama “Pewarta Deli” memberi kabar bahwa Republik Indonesia
telah runtuh, dan mengikuti pemberitaan ini, nasionalis lokal kemudian
mengadakan sebuah pertemuan dimana T.M. Hassan menyatakan bahwa berita ini
bohong. Hal ini disusul dengan sebuah pidato oleh Abdoel’karim M.S. yang
membuat orang-orang yang hadir menjadi bersemangat. Pada saat ini, tidak ada
yang menyangka bahwa akan terjadi sebuah perang yang tercatat sebagai sejarah
pertempuran Medan Area di buku sejarah anak cucu mereka.
Pertempuran
ini terjadi antara pejuang Indonesia di Medan dengan tentara Sekutu dan NICA
Belanda. Pertempuran ini berhasil menghambat upaya NICA untuk mengambil alih
kekuasaan.
Pertempuran Ambarawa
Pertempuran
ini terjadi pada tanggal 20 November 1945 dan berakhir pada tanggal 15 Desember
1945. Tanggal 23 November 1945 ketika
matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang
bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan
Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng.
Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya,
menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan
Indonesia pindah ke Bedono.
8
|
Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.
Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya terputus sama sekali.
Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.
Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan Umum 1
Maret 1949 ialah serangan yg dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap
kota Yogyakarta secara besar-besaran yg direncanakan & dipersiapkan oleh
jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan
beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari
Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI
masih ada & cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi
Indonesia dlm perundingan yg sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan
maksud utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada
dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia [TNI] masih mempunyai
kekuatan untuk mengadakan perlawanan.
Soeharto pada
waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai
pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta. Kurang lebih satu bulan sesudah
Agresi Militer Belanda II yg dilancarkan pada bulan Desember 1948, TNI mulai
menyusun strategi guna melakukan pukulan balik terhadap tentara Belanda
yg dimulai dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang
konvoi Belanda, serta tindakan sabotase lainnya.
Serangan
ini merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam
usaha mempertahankan kemerdekaan. Serangan berhasil membuktikan kepada dunia
internasional bahwa Republik Indonesia masih memiliki kekuatan, meskipun ibu
kota diduduki oleh Belanda.
Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat)
9
|
Seruan ini dipicu oleh sikap arogansi Belanda setelah deklarasi Kemerdekaan RI, yang masih mengklaim wilayah Irian Barat sebagai bagian dari kekuasaannya. Perseteruan ini pun berusaha dipecahkan dengan membawanya ke berbagai forum internasional, namun berjalan cukup alot.
Dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, pembahasan mengenai sengketa Irian Barat sama sekali tidak menghasilkan titik temu. Akhirnya dikeluarkan keputusan bahwa permasalahan ini akan dibahas kembali dalam satu tahun mendatang.
Pada tahun 1950, PBB mengeluarkan keputusan bahwa Papua Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan isi Piagam PBB pasal 73e, namun Indonesia kukuh dengan pendiriannya bahwa Irian Barat adalah bagian dari Indonesia.
Belanda pun mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan sengketa wilayah ini, namun Indonesia menolaknya dan mulai melancarkan beberapa kali serangan ke wilayah tersebut.
Adanya serangan dari Indonesia membuat Belanda semakin mempercepat proses kemerdekaan Irian Barat, di antaranya adalah dengan membangun kekuatan militer, melalui pendirian akademi angkatan udara dan pembentukan tentara Papua pada rentang tahun 1956-1957.
Melihat tindakan Belanda yang semakin mengancam kedaulatan Indonesia, membuat pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan strategis, mulai dari yang berkaitan dengan ekonomi dan perdagangan, budaya, hingga pemutusan hubungan diplomatik pada tanggal 17 Agustus 1960.
Presiden Soekarno pun menyerukan komando pembebasan Irian Barat yang disebut TRIKORA, dengan isi sebagai berikut:
- Gagalkan pembentukan “Negara Papua” bikinan Belanda
- Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia
- Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
10
|
B.
Kontribusi Kerja Sama Bidang Ekonomi
Kontribusi
kerjasama bidang ekonomi membawa manfaat atau dampak positif dan negatif bagi
Indonesia. Keikutsertaan dalam kerja sama ekonomi antarnegara memberikan
manfaat atau dampak positif antara lain sebagai berikut.
1.
Dampak Positif /
Manfaat yang diterima oleh Indonesia :
·
Menarik
Investasi
Kerjasama ekonomi dijadikan sebagai forum promosi
potensi Indonesia. Hal tersebut sangat menguntungkan Indonesia karena forum
tersebut sebagai ajang menarik investor asing untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
·
Menciptakan
Lapangan Pekerjaan
Kerja sama ekonomi antarnegara mendorong masuknya
modal dan investor asing sehingga memperluas kegiatan produksi dalam negeri.
Hal ini mengakibatkan terciptanya lapangan kerja baru dan mengurangi
pengangguran.
·
Peningkatan Kualitas
Produk dalam Negeri
Dalam kerja sama ekonomi internasional terjadi
persaingan yang memacu produsen untuk memperhatikan kualitas produk yang
dipasarkan sesuai dengan standar internasional. Hal ini dimaksudkan supaya
produk dalam negeri dapat bersaing dengan produk-produk negara maju.
·
Mengurangi
Hambatan Perdagangan Internasional
Melalui kerja sama ekonomi diharapkan tercapai
kesepakatan-kesepakatan yang dapat mengatasi hambatan dalam perdagangan
internasional seperti pembebeasan tarif bea masuk, pajak, dan quota. Dengan
demikian akan memperlancar kegiatan ekspor dan menciptakan perdagangan yang
saling menguntungkan.
·
Meningkatkan
Kesejahteraan dan Kemakmuran Masyarakat
Kerja
sama ekonomi antarnegara menciptakan perluasan daerah pemasaran di luar negeri
sehingga ekspor akan meningkat. Peningkatan ekspor dapat menghidupkan
perekonomian dalam negeri karena produkproduk dalam negeri terjual di luar
negeri. Akibatnya, usaha atau perusahaan dalam negeri dapat berkembang dengan
baik dan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat.
11
|
Disamping
dampak positif kerja sama ekonomi juga membawa dampak negatif bagi perkonomian
Indonesia. Dampak negatif tersebut adalah sebagai berikut.
2.
Dampak Negatif :
·
Produk dalam
Negeri Kalah Bersaing dengan Produk Luar Negeri
Kerja sama ekonomi mengakibatkan masuknya produk
luar negeri. Produk dalam negeri yang proses produksinya masih sederhana akan
kalah bersaing, baik harga atau kualitasnya dengan produk luar negeri yang
sudah menggunakan teknologi modern. Akibatnya, banyak pengusaha dalam negeri
mengalami kebangkrutan.
·
Masuknya Tenaga
Kerja Asing ke Indonesia
Kerja sama ekonomi antarnegara memungkinkan masuknya
tenaga kerja asing ke Indonesia karena tenaga kerja asing lebih menguasai
teknologi tersebut dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia. Hal ini
mengakibatkan tenaga kerja dalam negeri terisish.
·
Kebergantungan
pada Negara Lain
Bantuan negara lain berupa pinjaman modal atau utang
luar negeri dapat menyebabkan pemerintah dan masyarakat kurang berupaya dalam
mengembangkan perekonomian hingga selalu bergantung pada bantuan negara lain.
Kebergantungan pada negara lain juga terjadi dalam hal produk yang diimpor.
Misalnya, produk-produk berteknologi canggih seperti pesawat tempur. Dalam
pengadaan suku cadangnya, Indonesia sangat bergantung pada negara yang
memproduksi pesawat tempur tersebut.
·
Intervensi
Negara Lain dalam Kebijakan Ekonomi Indonesia
Kebergantungan pada negara lain dapat memberikan
peluang bagi negara lain untuk campur tangan. Sebagai contoh, Indonesia pernah
melakukan kerja sama dengan IMF untuk mendapatkan bantuan pencairan dana guna
mengatasi krisis ekonomi. Dalam kerja sama tersebut, Indonesia harus
melaksanakan nota kesepahaman yang dibuat IMF. Akibatnya berbagai kebijakan
ekonomi Indonesia harus mendapat persetujuan IMF.
12
|
C.
Kontribusi Kerja Sama Bidang Sosial Budaya
Manfaat
kerjasama dalam bidang sosial dan budaya yang diperoleh Indonesia antara lain
sebagai berikut.
Manfaat
keanekaragaman Sosial dan Budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia :
1.
Diakuinya
Warisan Budaya Indonesia oleh Dunia Internasional
Beraneka warisan budaya Indonesia telah diakui oleh
PBB, melalui
UNESCO,
sebagai Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage)seperti batik, wayang,
keris, angklung, tari saman, Candi Borobudur, Candi Borobudur, Candi Prambanan,
dan Situs Sangiran.
2.
Peningkatan
Kegiatan Pariwisata di Indonesia
Keragaman budaya indonesia menjadi daya tarik
wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia sehingga mendorong perkembangan
pariwisata di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2011,
sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$8,55 miliar atau meningkat
12,5% dari tahun 2010. Kenaikan ini bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan
mancanegara.
3.
Peningkatan Mutu
Pendidikan di Indonesia
Kerja sama bidang pendidikan berupa pertukaran
pelajar, beasiswa, pertukaran guru, dan bantuan dana hibah meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia dengan cara belajar dari sistem pendidikan negara maju.
Indonesia menjalin kemitraan dengan berbagai negara, di antaranya Amerika
Serikat, Mesir, Jepang, Australia, Jerman.
13
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kerja sama antarnegara adalah bentuk
hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dan negara lain yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan rakyat. Kerja sama antarnegara meliputi kerja sama di bidang
politik, ekonomi, dan sosial-budaya dengan berpedoman pada politik luar negeri
masing-masing. Keikutsertaan Indonesia dalam kerja sama antar negara telah
memberikan manfaat yang banyak. Kerjasama antarnegara dilakukan oleh Indonesia
berkontribusi untuk pembangunan di Indonesia. Namun, selain dampak positif ada
juga dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerja sama antarnegara tersebut.
B.
Saran
Sebagai bangsa yang besar Negara Indonesia
seharusnya dapat lebih memanfaatkan Sumber Daya yang ada agar dapat
berkontribusi banyak didalam berbagai aspek yang lebih menguntungkan bangsa
Indonesia. Dan Indonesia selalu atau bahkan harus mempertimbangkan tujuan
nasional dan kepentingan dalam negeri. Tujuannya agar kerja sama itu memberi
manfaat banyak bagi masyarakt yang ada di Indonesia.
14
|
DAFTAR
PUSTAKA
15
|
Komentar